Monday, October 29, 2007

Pertambangan

DR. Ir. Yanny D. Kusen, Anggota Tim Amdal Prop. Sulut
Teknologi TSF PT. MSM, Dapat Dipercaya

Manado, NSPN - Sistem pembuangan limbah tailing ke darat, atau Tailing Storage Facility (TSF) yang akan digunakan PT. Meares Soputan Mining (MSM), dilokasi pertambangan gunung Toka Tindung, kecamatan Likupang Timur, Minahasa Utara, dapat dipercaya.

Menurut DR. Ir. Yanny D. Kusen, salah satu anggota Tim Teknis Amdal Propinsi Sulawesi Utara, dam penampung limbah PT. MSM, merupakan teknologi terkini yang dapat dipertanggungjawabkan.

Alasan Kusen, apa yang dipaparkannya, sangat beralasan karena sistem serupa yang digunakan PT. MSM, juga telah sukses dibanyak tempat diseluruh dunia. ”Hingga saat ini, teknologi tersebut, tidak ada masalah. Jadi saya kira teknologi yang mereka terapkan, dapat dipercaya, dan ini bukan barang baru di dunia,” katanya.

Rancangan TSF itu sendiri seperti tertuang dalam Analisis Dampak Mengenai Lingkungan (Amdal) PT. MSM dan PT. TTN, yang disusun sejumlah ahli termasuk pakar Universitas Samratulangi menyatakan, konstruksi bendungan memiliki beberapa lapisan batuan penutup tambang yang dipadatkan melalui tahapan konstruksi.

Setiap tahapan konstruksi bendungan akan memiliki ketinggian dinding yang bebas atau lebih tinggi dari permukaan limbah, termasuk penyanggah dam sepanjang 600 meter.

Selain itu, konstruksi bangunan TSF ini, sudah didesain untuk mampu menahan gempa sampai dengan 9 skala richter. Acuan gempa tersebut sangat tinggi karena guncangan gempa pada 7 SR saja sudah dapat menghancurkan seluruh bangunan di suatu kota.

Dalam Amdal PT. MSM juga menjelaskan, struktur bangunan TSF sangat aman, karena ditopang dukungan bentang alam berbentuk lembah tertutup, terletak 10 km dari lokasi pemukiman penduduk terdekat, sehingga penempatannya sangat strategis dan kecil kemungkinan untuk mencemari lingkungan sekitar.

Diakui Kusen, sistem pembuangan limbah dilaut, adalah yang paling aman jika diterapkan. ”Hanya saja, akibat trauma berlebihan tentang teluk Buyat waktu itu, maka dicari alternatif, ya didarat itu, seperti yang digunakan MSM saat ini.”

Dilain pihak, Kusen yang juga peneliti dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Unsrat ini, menyesalkan ketidakpastian yang dialami PT. MSM, karena perusahaan patungan Australia-Indonesia ini, sudah tercatat di lantai bursa London.

”Implikasi penolakn MSM, bukan hanya berdampak bagi investasi di Sulut saja, akan tetapi impactnya sangat luar biasa bagi Indonesia secara keseluruhan,” bebernya lagi.

Sementara, John Sineri dari LSM Puspa Rampai Bitung meminta, agar pihak-pihak yang ragu terhadap sistem pembuangan limbah PT. MSM, untuk memberikan kesempatan kepada perusahaan memaparkannya.

Menurutnya, saat ini masyarakat digiring untuk memercayai bahwa sistem pembuangan limbah MSM akan melakukan pencemaran, tanpa disertai bukti-bukti akurat secara teknis.

”Jangan tendensius, tapi berikan kesempatan, agar pihak perusahaan dapat menjelaskan teknologi yang mereka miliki. Saya lihat ada yang aneh disini. Perusahaan tidak diberikan kesempatan, tapi langsung dituduh tanpa dasar. Apalagi, hingga saat ini belum ada proses pembuangan limbah yang dilakukan PT. MSM, ” urainya.

Selain itu, jika pemerintah meragukan teknologi pembuangan limbah yang dimiliki MSM, jangan serta merta mengusir investor. Termasukpun jika tidak menyetujuinya, tapi berikan kesempatan agar perusahaan merubah, dan mereka tetap dapat berinvestasi didaerah ini.

Akan tetapi menurut Sineri, sebenarnya tanpa presentasi pihak perusahaanpun, pihak-pihak terkait yang memrotes Amdal PT. MSM dan PT. TTN dapat membacanya dalam dokumen Amdal.

”Amdal tersebut, kan bukan dokumen rahasia yang harus disembunyikan. Amdal itu adalah milik publik, yang harus diketahui semua orang, apalagi pihak berkompeten. Dan setahu saya, sebelum Amdal ini final, PT. MSM, Tim Amdal Pusat, Staf Ahli dari Unsrat, pemerintah daerah, dan perwakilan masyarakat, diundang dalam pemaparannya.” [east indonesia desk-hirm]

No comments: